Minggu, 25 Maret 2018

TUHAN

Aku bukan pecinta yang baik
Aku datang di penghujung waktu
Jarang membalas pesanmu
Bahkan sering tidak puas dengan yg kauberikan

Tapi kau tau dan selalu tau...
Bahwa aku bisa terus menjadikanmu sebagai alasan
Untuk terus bertahan di jalan ini.

Kamis, 22 Maret 2018

Muamalah 1

smg bermanfaat
Kritik dan Baik Sangka

(1) Kita tidak bisa membaca hati manusia, apalagi hanya dari dunia maya.

(2) Belum tentu orang yang menuliskan rutinitas amalnya adalah riya'. Bisa jadi ia berniat menyemangati kawannya.

(3) Belum tentu orang yang mengabarkan rizqi yang diterimanya adalah berbangga-bangga dengan harta. Bisa jadi, ia ingin mensyiarkan syukur atas karunia-Nya.

(4) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(5) Mereka yang menuliskan pengalamannya di socialmedia, belum tentu ingin menjadi selebritis dunia maya. Bisa jadi ada inspirasi yang hendak dibagikannya.

(6) Mereka yang mengabarkan sedang mengisi kultum entah di mana, belum tentu ingin dipuji amal dakwahnya. Bisa jadi ia ingin memberi harapan pada rekannya, bahwa di sana dakwah masih menyala.

(7) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(8) Mereka yang menyampaikan secuplik ilmu yang diketahuinya, belum tentu ingin diakui banyak ilmunya. Bisa jadi ia terpanggil untuk menyampaikan sedikit yang ia punya.

(9) Mereka yang gemar mengkritisi kekeliruan yang dilihatnya, belum tentu merasa dirinya paling benar sedunia. Bisa jadi, itu karena ia sungguh mencintai saudaranya.

(10) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(11) Mereka yang gemar menuliskan apapun yang dipikirkannya, belum tentu ingin diakui sebagai perenung berwibawa. Bisa jadi, ia adalah pelupa, dan mudah ingat dengan membagikannya.

(12) Mereka yang selalu merespon apa yang dilihatnya, belum tentu ingin eksis di dunia maya. Bisa jadi ia memang senang berbagi yang dia punya.

(13) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(14) Tapi baik sangka, tak berarti membiarkan kawan-kawan melakukan sesuatu yang nampak keliru di mata kita.

(15) Baik sangka, harus disertai dengan saling mengingatkan agar tidak tergelincir niatnya, agar tidak terhapus pahala amalnya.

(16) Isi hati adalah misteri. Namun apa yang nampak keliru di mata kita, di situlah tugas kita untuk meluruskannya. Sebab kita saudara.

(17) Baik sangka itu menentramkan. Namun, saling mengingatkan juga merupakan kebutuhan.

(18) Baik sangka itu indah, tapi bukan berarti membiarkan saudara terlihat salah.

(19) Baik sangka, dan nasihat-nasihati adalah kewajiban persaudaraan.

(20) Semoga kita bisa senantiasa belajar bersama. Salam persaudaraan

:: Kebaikan yang Disembunyikan Layaknya sebuah Keburukan

Kisah ini berawal dari dua sahabat dekat yang sama-sama menuntut ilmu di sekolah menengah yang sama, Ahmad dan Zainal, keduanya berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Ahmad yang pintar dan lebih cerdas di antara teman-temannya, berasal dari sebuah keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan. Di lain sisi, Zainal yang memiliki kemampuan belajar standar, justru keluarganya memiliki kemampuan ekonomi yang cukup baik dan bisa menjamin masa depannya kelak.

Lama terpisah, akhirnya keduanya bertemu kembali di dalam sebuah Masjid, tepatnya di sebuah koridor wudhu sebuah masjid megah yang berarsitektur indah di kawasan perkebunan teh di Puncak Bogor. Sebuah kebetulan yang indah, di mana dua orang sahabat lama bisa bersua secara tiba-tiba tanpa sebuah rencana.

Zainal yang telah beruntung sejak awal, kini terlihat berbeda dengan penampilan berkelas, layaknya seorang manager yang sukses. Penampilannya begitu rapi, lengkap dengan kemeja mahal dan juga dasi, namun tetap masih taat menjalankan ibadahnya setiap saat, bahkan meski di dalam perjalanan sekalipun. Shalat masih menjadi hal yang tidak pernah ditinggalkan olehnya, meski ia sedang bertugas keluar kota, kesempatan inilah yang membuatnya banyak menyambangi masjid di sepanjang perjalanan yang dilakukannya. Seperti hari ini, ketika ia berhenti dan memasuki sebuah masjid di kawasan Puncak Bogor, di mana ia bertemu kembali dengan Ahmad sahabatnya.

Zainal begitu gembira, namun sedikit terenyuh melihat sahabatnya itu di sana. Ahmad memang berasal dari keluarga yang sangat sederhana, namun dia begitu pintar dan cerdas dibandingkan dirinya, tapi tak sekalipun Zainal berpikir bahwa sahabatnya itu akan menjadi merbot di masjid. Disapanya sahabatnya itu dengan gembira, Ahmad menyambutnya dengan tak kalah senangnya. Keduanya berpelukan dan melepas rindu.

“Kamu terlihat sangat berbeda dan berkelas, Mas, pangling aku..” ujar Ahmad sambil memandangi Zainal yang masih terlihat rapi berdasi, meski lengan kemejanya tergulung ke atas dan menyingkap jam mahal yang melingkar di pergelangannya.

“Tidak juga, biasa saja, kan..” elak Zainal sambil tersenyum pada sahabatnya itu. Hatinya iba melihat kondisi Ahmad sekarang, berbanding terbalik dengan penampilannya yang rapi. Ahmad memegang sebuah kain pel, dengan celana digulung setengah betis dan mengenakan sebuah peci yang sangat sederhana. Sesaat ia kembali mengingat kepintaran temannya itu, sebelum akhirnya menyodorkan sebuah kartu nama kepada Ahmad.

“Wah hebat kamu, Mas. Sekarang sudah jadi manager area?” ujar Ahmad sambil membaca kartu di tangannya.

“Nanti setelah saya shalat kita bicara lagi, Mad. Maaf, kalau misalnya kamu berminat untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, di kantor saya bisa saja. Kamu bisa bekerja lebih pantas, daripada yang sekarang ini, Mad. Maaf sebelumnya..”

“Iya, nanti kita bicarakan lagi, yah. Terima kasih..” jawab Ahmad sambil tersenyum. Keduanya berpisah dan melanjutkan aktifitas. Zainal mengambil wudhu dan memikirkan kembali nasib sahabatnya itu, sementara Ahmad kembali melakukan pekerjaannya. Saat akan shalat, Zainal kembali melihat sahabatnya itu sedang sibuk bersih-bersih dan ia kembali merasa iba.

Selesai menjalankan shalat, pandangan Zainal mengitari sekelilingnya, berharap menemukan Ahmad di sana, namun seorang pemuda di belakangnya menyapanya.

“Pak, Bapak ini kenal dengan bapak Insinyur Haji Ahmad?”

“Insinyur Haji Ahmad?” ujar Zainal sedikit keheranan.

“Iya, yang barusan itu bercakap-cakap dengan Bapak.”

“Oh.. Ahmad maksudnya.. Saya kenal, dia teman sekolah saya waktu SMP. Ahmad sudah haji sekarang?”

“Sudah lama, Pak. Dari sebelum masjid ini dibangun oleh beliau.” Kalimat yang terakhir ini sontak membuat Zainal terkejut dan kebingungan, apalagi setelah anak muda itu menceritakan tentang mall dan juga hotel di daerah sana yang juga dimiliki oleh sahabatnya itu. Betapa bijaknya sahabatnya yang pintar itu, bagaimana tidak? Dengan apa yang dimilikinya, dia sedikitpun tidak memamerkan kekayaannya, akan tetapi dia hanya memamerkan kesederhanaanya. Ini adalah contoh kebaikan yang disembunyikan.

Banyak orang yang suka memamerkan kebaikan atau harta yang dimiliki olehnya dan menyembunyikan segala keburukannya. Akan tetapi pada cerita ini kita dapat belajar bukan hanya keburukan yang harus disembunyikan tetapi kekayaan dan kebaikan juga perlu untuk disembunyikan dan tidak dipamerkan.

Sumber: inspirasihidup.web.id
Please Like and Share

Minggu, 18 Maret 2018

CARA MEMUTUS SIKLUS ANAK NAKAL

Saat ngopi bareng mas Dodik Mariyanto di teras belakang rumah, iseng-iseng saya buka obrolan dengan satu kalimat tanya
"Mengapa anak baik biasanya semakin baik, dan anak nakal biasanya semakin nakal ya mas?"
Mas Dodik Mariyanto mengambil kertas dan spidol, kemudian membuat beberapa lingkaran-lingkaran.
"Wah suka banget, bakalan jadi obrolan berbobot nih", pikir saya ketika melihat kertas dan spidol di tangan mas Dodik.
Mas Dodik mulai menuliskan satu hadist:
*رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِد*ِ
_*“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”*_
Artinya setiap anak yang baik, pasti membuat ridho orangtuanya, hal ini akan membuat Allah Ridho juga.
Tapi setiap anak nakal, pasti membuat orangtuanya murka, dan itu akan membuat Allah murka juga.
"Kamu pikirkan implikasi berikutnya dan cari literatur yang ada untuk membuat sebuah pola", tantang mas Dodik ke saya.
Waaah pak Dosen mulai menantang anak baik ya, suka saya.
Setelah membolak balik berbagai literatur yang ada, akhirnya saya menemukan satu tulisan menarik yang ditulis oleh kakak kelas mas Dodik, yaitu mas Dr. Agus Purwanto DSc
. disana beliau menuliskan bahwa anak nakal dan anak baik itu bergantung pada ridho dan murka orangtuanya.
Akhirnya kami berdua mengolahnya kembali, membuatnya menjadi siklus anak baik (lihat gambar siklus 1) dan siklus anak nakal ( lihat siklus 2)

Siklus Anak Baik ( siklus 1)
_*Anak Baik -> orangtua Ridho -> Allah Ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak makin baik*_

Siklus Anak nakal ( siklus 2)
_*Anak Nakal -> orangtua murka -> Allah Murka -> keluarga tidak berkah -> tidak bahagia -> anak makin nakal*_

Kalau tidak ada yang memutus siklus tersebut, maka akan terjadi pola anak baik akan semakin baik, anak nakal akan semakin nakal.

*Bagaimana cara memutus siklus Anak Nakal ?* ternyata kuncinya bukan pada anak melainkan pada ORANGTUANYA.
Anak Nakal -> *ORANGTUA RIDHO* ->Allah Ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak jadi baik.

Berat? iya, maka nilai kemuliaannya sangat tinggi. *Bagaimana caranya kita sebagai orangtua/guru bisa ridho ketika anak kita nakal?*
ini kuncinya:
*َإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ“*
*Bila kalian memaafkannya...menemuinya dan melupakan kesalahannya...maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 64:14).*

*Caranya* orangtua ridho adalah menerima anak tersebut, memaafkan dan mengajaknya dialog, rangkul dengan sepenuh hati, terakhir lupakan kesalahannya.

Kemudian sebagai pengingat selanjutnya, kami menguncinya dengan pesan dari Umar bin Khattab:
_*Jika kalian melihat anakmu/anak didik mu berbuat baik, maka puji dan catatlah, apabila anakmu/anak didikmu berbuat buruk, tegur dan jangan pernah engkau mencatatnya.*_
*Umar Bin Khattab*

saya dapat do'a seperti ini, artinya:
_*"Ya Allah, aku bersaksi bahwa aku ridho kepada anakku (dg menyebutkan nama anak) dg ridho yang paripurna, ridho yg sempurna dan ridho yg paling komplit. Maka turunkanlah ya Allah keridhoan-Mu kepadanya demi ridhoku kepadanya."*_
_*Tidak ada anak nakal, yang ada hanyalah anak belum tau.*_
_*Tidak ada anak nakal, yang ada hanyalah orang tua yang tak sabar.*_
_*Tak ada anak nakal, yang ada hanyalah pendidik yang terburu-buru melihat hasil*_
Semoga bermanfa'at
Barakallahu fiikum...
silahkan share jika bermanfaat...